Minggu, 29 Juli 2012

About Me & My Koi

About Me & My Koi

Buat yang hobby miara koi dan ogah ngeluarin budget besar mungkin ada yang pernah senasib sama pak boedi, beli koi berulang ulang ternyata gak pernah sukses itu koi kerjaannya matiiiii mulu... Kayaknya emang hobinya mati paya?....kadang sampe kepikiran kayak gitu...kadang bukannya koi bisa ngilangin stresss...tapi malah justru bikin dan nambah stressss kita yang miara gara gara kegagalan yang bertubi-tubi bahkan sampe hampir mutung dan kapok gak pengan miara lagi. Seperti itulah suasana hatiku waktu setiap hari menyaksikan koi koiku yang cantik saling berguguran bukan hanya satu demi satu tapi kadang kadang sehari abis 5 sampai 10, padahal baru aja mulai kliatan kompak dan rame...Tapi karena memang tekad bulat pak boedi dan dasarnya bawaan lahir pak boedi yang penggemar berat ikan (sebenarnya semua jenis ikan) jadi niatan mutung itu terkalahkan.....Setiap hari pulang sekolah seting filter di update sambil ngenet disekolah cari referensi tentang cara pelihara koi yang paling murah dan gak ngempesin kantong. Dan akhirnya ada beberapa ilmu dan hikmah yang bisa pak boedi petik dari kegagalan -kegagalan itu memang sangat betul kalo ada yang mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik san tentu saja pengalaman itu harus relevan dan sesuai dengan kondisi orang-per-orang. Disini pak boedi akan coba men-share secuil pengalaman pribadi yang barangkali saja walaupun cuma secuil bisa membantu kawan kawan semua yang sedang menghadapi dilema dalam memelihara koi.

Koi bisa dikatakan ikan yang cukup manja, sensitif dan lemah. Manja karena koi tidak bisa menyesuaikan linkungan baru yang sangat berbeda dengan lingkungan lamanya, apalagi kalau kualitas lingkungan baru itu lebih buruk dengan habitat asalnya. abnayak parameter kualitas air yang menentukan suskses atau tidaknya memelihara koi terutama koi yang baru di beli atau koi yang baru dipindah tempat dan mengalami stress. parameter itu diantaranya yang paling crusial adalah Suhu Air, Ph, Kejernihan, kandungan Asam amonia dan Nitrat dan beberapa parameter lain. Jadi jangan heran kalo ada pemula yang kadang begitu beli ikan lansdung di cemplungin kolam esok harinya haeus menangis dalam hati karena koi koinya sudah mengambang sambil telentang di permukaan. Satu hal sebagai permulaan yang perlu diperhatikan adalah karena kesensian si koi maka sebelum koi dilepas bebeas dikolam koi haris menjalani proses aklimatisasi yaitu proses penyesuaian secara pelan pelan dengan lingkungan baru yang mungkin sangat berbeda dengan lingkungan lamanya. Caranya adalah dengan mencampur sedikit demi sedikit dan pelan-pelan air yang ada dalam wadah(plastik) kemasan koi dengan air kolam.

Pencampuran bisa langsung dilakukan dalam plastik dan dibiarkan mengambang di permukaan kolam sambil sedikit2 diisi air kolam atau air dituangkan ketempat lain semisal ember baru ditambah sedikit demi sedikit air dari dalam kolam sampai komposisi campuran kurang lebih 30% air baru dan 70% air kolam. Biasanya setiap kali menambahkan air kolam kira kira air ditambah sebanyak 25 persen dari air di plastik dan setiap penambahan diberi jeda waktu minimal 5-10 menit sehingga proses aklimatisasi total akan makan waktu 15-30 menit baru ikan dicemplungin kolam. Dua proses lewat wadah baru dan tetap di plastik masing2 punya keuntungan dan kerugian yang berbeda, kalau tetap diplastik akan menghasilkan proses yang lebih halus terutama dalam hal perubahan suhunya dan itu sangat baik bagi ikan, tetapi biasanya ikan lebih stress karena akan nabrak2 dinding plastik secara bertubi2 begitu melihat ada kawan kawan penghuni kolam yang lama yang sudah berkeliaran disekitar plastik itu untuk sekedar say Hello dan memeriksa kawan barunya...Hal ini yang tidak baik bagi kondisi psikis ikan karena bikin ikan stress dan kecapekan. Sedangkan aklimatisasi di wadah lain akan menjaga ikan dari olah raga ekstrim yang membuat capek itu sehingga faktor capek dan stress agak kurang, tapi jeleknya fluktuasi suhu agak kasar untuk bisa disesuaikan oleh si koi. tapi biasanya masih diambang batas toleransi si koi jadi kyknya gak masalah bagi si koi. Jangan lupa selama proses aklimatisasi ini ditambahkan cairan desinfectan semisal magic blue yang murah atau dikasih garam kasar yang lebih murah lagi. Tapi awas garamnya jangan kebanyakan tar koinya jadi ikan asin ...he..he..(Just Kidding) kira kira 100 ppm aja cukup ato kalo pake takeran pak boedi kalo airnya kira 2 liter ditambahi garam 1 sendok makan aja.

Dan alangkah lebih baik lagi kalo kawan kawan semua punya kolam cadangan sebagai kolam karantina, ikan yang baru di beli dipastikan kesehatanya dulu dengan dipiara di kolam karantina minimal 1 minggu. kalo ikan baik2 aj adan sehat baru di gabungkan ke kolam utama, ini untuk mencegah ikan sakit yang mungkin anda beli karena kita tidak tahu apa yang sedang di idap oleh ikan yang baru kita beli itu jangan jangan virus mematikan yang pernah jadi momok itu alias virus Herves alias KHV( Koi Herves Virus). tapi kalo tidak ada kolam karantina paling tidak anda sudah memberi desinfektan tadi. Tidak kalah pentingnya juga sebelum ditambahi ikan baru sebaiknya air kolam diganti sebagian agar kondisi airnya tidak terlalu (ekstrim) berbeda dengan air baku. Ini untuk jaga-jaga buat hobiis yang selalu malas atau beralasan lupa untuk mengganti air kolam bahkan sampe berbulan-bulan kyak pakboedi sampe-sampe air kolam berubah jadi sekumpulan racun dimana kadar nitrit nitrat dan amonianya sudah jauh melebihi batas toleransi ikan koi.

Hal berikutnya setelah koi berhasil di aklimatisasi adalah memelihara kelangsungan hidup si ikan kesayangan itu dengan cara memelihara kualitas airnya. Air bening saja tidak cukup untuk koi karena terlalu banyak parameter yang harus diperhitungkan . Tetapi air sawah yang keruh pun lebih menyehatkan buat si koi kalau sirkulasinya cukup baik bahkan kalo di sawah koi akan lebih cepat tumbuh besar karana disamping pakan yang kita berikan koi juga mendapatkan pakan alami dari plankton yang ada di air sawah yang kadang jauh lebih "bergizi" dari pada pakan yang kita berikan.

Untuk air di kolam pakboedi coba menerapkan filter yang pernah ku pakai di akuarium air lautku, Filter ini telah melalui serangkaian uji coba, renovasi, dan Trial and error dan puncaknya filter model ini yang bertahan sampai sekarang. Sebenarnya filter ini sangat minimalis karena pakboedi memang ogah keluarin modal besar tapi kyknya udah cukup efektif menjaga kualitas air kolam. Filter standard terdiri fdari 3 bagian walau tak sempurna... bagian pertama filter mekanik untuk menyaring kotoran kasar sisa metabolisme ikan dan debu serta kotoran lain yang masuk ke kolam, di bagian ini biar irit pak boedi pake Kain Dacron yang bisanya untuk isi kursi dan bantal/boneka dan tau gak dacronnya langsung di impor dari negara Ngayojokarto hadiningrat dan pak boedi belinya di toko Liman Malioboro sambil berwisata karena sampe sekatang aku belum tau kalo di Semarang belinya dimana Cara ini ku pikir sangat irit sekali dibanding beli filter spons ditoko aquarium yang harganya sampe puluhan kali lipat kan dacronnya bisa di pake berulang ulang asal rajin mencucinya .
Dibawah lapisan dacron aku ngasih pecahan2 batu alias keriki sampai ke dasar filter, cukup pake bati kali aja biar irit. Bagian ini berlaku sebagai filter biologis yang akan mengurai racun nitrat dan amonia hasil metabolisme alias kotoran dan keringat ikan biar racun di air kolam gak terlalu menumpuk. bagian terakhir sebenarnya adalah pengendapan biar sisa kotoran kasar mengendap sebelum kembali dialirkan ke kolam tapi di bagian ini pakboedi tambahkan beberapa tanaman air seperti ganggang, lumut, dan beberapa tanaman hias air yang banyak di jual di pasar ikan untuk mencoba menambah efektifitas proses filterisasi karena menurut beberapa literatur tanaman-tanaman itu bisa bersimbiosis dengan bakteri pengurai nitrat dan amonia, sbagai contoh tanaman Azzolla Pinata yang ada di sawah sawah itu ( gambarnya ada di bagian berikut ini) bisa memikat bakteri Nitrobachter Nitrosomonas yang paling doyan mengurai nitrit dan nitrat.


Gambar Azzolla Pinata di kolam koi

Karena kebetulan pompa air pakboedi yang mungil itu bisa mengeluarkan 2 output air maka tidak kusia-siakan output satunya juga kualirkan ke filter mini yang kubuat sendiri dari kaca(sebetulnya dulu adalah aquarium tempat miara Cupang) kemudian kulengkapi dengan dacron lagi dan tak lupa dibawahnya dikasih krikil2 biar airnya tambah jernih kebetulan aku juga punya kassa atau apalah namanya bekas dari undergravel filter di akuarium lautku yang sekalian dipasang di dasar filter mini ini agar aliran air di dasarnya tetep lancar karena filternya yang sangat mini.







O ya munkin ada yang penasaran, ukuran filterku nggak besar. Filter utama lebarnya cuma 40an cm panjangnya hampir 1 meter kedalaman kurang dari 30cm kubuat dari semen sebenarnya nggak ideal untuk maunya pakboedi yang pengennya punya ikan buannyyyak tapi ya karena budget pas-pasan kayaknya di cukup-cukupin ajalah yang penting ikannya sehat-sehat. sedang filter kaca mini-nya cuma 15X25X15 cm.


itu dulu nanti lain kali di tambah lagi.......

4 komentar: